Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Exposure Trianggle Pada Fotografi Dasar

Trulli

S ejak ditemukannya kamera digital, dunia fotografi mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masyarakat modern saat ini, dunia Fotografi bukan lagi hal yang tabu. Hampir dipastikan semua gadget, sudah tertanam kamera digital. Hadirnya Smartphone semakin mempermudah seseorang dalam urusan fotografi atau motret memotret.

Berbeda halnya ketika dunia fotografi masih menggunakan kamera mekanik/analog. Urusan fotografi hanya dapat dilakukan oleh segelintir orang. Untuk bisa memotret dengan kamera analog, seseorang harus belajar dulu cara kerja sebuah kamera. Terutama yang harus dipahami adalah dalam hubungannya dengan sistem pencahayaan ( Exposure ).

Walaupun kemudian dalam perkembangannya sudah ada kamera otomatis, tetapi urusan fotografi masih tetap hanya dapat dilakukan oleh sebagian orang. Penyebabnya adalah karena seseorang masih harus dihadapkan dengan urusan film dan cetak mencetak foto. Hasil foto dapat diketahui setelah dicetak, tentu ini masih membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Kehadiran gadget khususnya Smartphone dengan kamera digitalnya kemudian merubah segalanya. Pengguna Smartphone kemudian semakin luas. Smartpun tidak hanya digunakan oleh orang-orang tertentu. Smartphone bahkan sudah menjadi kebutuhan hampir setiap orang, mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Dengan sebuah kamera digital yang ada dalam smartphone, seseorang dapat berkomukasi dengan orang lain, sekaligus dapat mengabadikan momen-momen penting dalam kehidupan kesehariannya menjadi sebuah dokumentasi foto, kapanpun dan dimanapun mereka berada.

Hal ini disebabkan karena cara mengoperasikan atau penggunaan kamera digital menjadi sangat mudah. Pengambilan foto dapat dilakukan baik di siang hari maupun di malam hari. Dalam cuaca terang, maupun gelap. Bahkan dalam situasi hujan atau dalam airpun dengan kamera digital tertentu dapat dilakukan.

Kemudahan-kemudahan ini tentu karena kamera digital sudah bisa dijalankan secara otomatis. Kemudahan ini menyebabkan orang tidak lagi harus berpikir bagaimana mengatur pencahayaan ( exprosure ) agar dapat menghasilkan foto yang normal.

Dengan sistem auto pada kamera digital, kamera mampu menghasilkan exposure yang benar. Semua pengaturan sepenuhnya sudah dijalankan dan dihitung secara matematis oleh kamera. Hasil fotonya tentu akan terlihat biasa-biasa saja, karena kamera hanya mampu menghasilkan exposure yang benar (correct exprosure) .

Berbeda halnya dengan foto yang dihasilkan dari kamera digital yang dijalankan atau dioperasikan secara manual. Unsur kreatifitas exprosure dari pengguna menentukan hasil foto. Untuk menghasilkan sebuah karya foto yang berkualitas, yang memenuhi standart hasil fotografi, seseorang harus memahami sedikitnya pengetahuan tentang kamera digital dan dasar-dasar fotografi.

Pemahaman dasar fotografi yang utama adalah soal pencahayaan. Hasil foto hanya akan diperoleh jika ada cahaya yang masuk pada kamera melalui lensa. Dengan aturan main tertentu pada lensa dan bodi kamera, cahaya kemudian diteruskan hingga sampai pada film ( kamera analog ) atau lempengan sensor ( kamera digital ).

Pengenalan tentang konsep pencahayaan inilah yang perlu diketahui dan dipahami jika seseorang menginginkan hasil fotografi yang bernilai tinggi. Foto kreatif yang memiliki nilai tambah, nilai seni seperti ketajaman foto, keindahan background, foreground dan lain sebagainya. Seseorang membutuhkan pemahaman sistem pencahayaan yang dinamakan dengan Exposure Trianggle.

Untuk mempelajari ini lebih jauh, kita membutuhkan kamera digital tersendiri yang tidak menyatu dengan Smartphone. Kita butuh kamera digital SLR ataupun kamera digital Mirrorless

Kamera Digital.

Kamera digital merupakan pengembangan dari kamera mekanik atau analog. Pada prinsipnya kamera analog dan kamera digital adalah sama. Sistem kerja dan cara pengoperasian tetap berpatokan pada konsep Exposure Trianggle.

Ada dua macam jenis kamera digital.

1. Kamera DSLR ( Digital Singgle Lens Reflex )

Trulli

Kamera DSLR adalah kamera digital yang menggunakan cermin refleks untuk memantulkan cahaya dari lensa ke jendela bidik (viewfinder). 

Viewfinder adalah lubang di bagian belakang kamera dimana kita dapat melihat gambar apa yang akan kita ambil. Keseluruhan gambar yang tampil dalam viewvinder inilah gambaran foto yang akan kita dapatkan nanti jika foto sudah jadi. Jika lensa depan tertutup, maka objek foto tidak akan terlihat dalam viewfinder.

Dipasaran kamera jenis DSLR ini lebih banyak dikuasai oleh pabrikan merk Nikon dan Canon. Kamera ini biasanya digunakan oleh para profesional yang bergerak di bidang fotografi atau orang-orang yang ingin mempelajari lebih jauh tentang fotografi.

2. Kamera MIRRORLESS.

 

 

Kamera Mirrorless dengan Viewvinder Kamera Mirrorless dengan LCD

Sesuai dengan namanya kamera Mirrorless adalah kamera tanpa cermin. Berbeda dengan kamera DSLR yang membutuhkan cermin refleks untuk sampai ke viewvinder. Cahaya yang masuk melalui lensa akan diteruskan langsung ke sensor tanpa melalui cermin refleks sebagaimana pada kamera DSLR.

Itulah sebabnya kamera ini tampilannya cendrung kecil dan tipis, sehingga lebih praktis dan mudah dibawa kemana-mana.

Hati-hati jika menggunakan kamera mirrorless, karena objek foto tetap akan terlihat di viewvinder saat penutup lensa masih belum dilepas. Kecuali jika anda saat memotret menggunakan bantuan layar LCD, tidak melalui jendela bidik atau viewvinder.

Pada kamera mirrorless, apa yang terlihat dalam viewvinder tidak sepenuhnya sama seperti yang terlihat pada hasil foto. Biasanya range foto ditandai dengan garis berwarna kuning. Yang masuk dalam range, itulah hasil foto yang akan kita dapatkan.

Dipasaran jenis kamera ini banyak pabrikan yang saling berlomba mendapatkan konsumen. Disamping pabrikan Nikon dan Canon, ada banyak pabrikan lain yang saling bersaing menyuguhkan yang terbaik dikelasnya seperti Panasonic, Sony, Olympus, Minolta, Samsung, Fujifilm dan lainnya.

Pengguna kamera ini biasanya ditujukan kepada pemula atau orang yang awam terhadap fotoragfi.

Apa dan bagaimana cara kerja kamera DSLR dan kamera Mirrorless lebih dalam, akan kita bahas dalam postingan tersendiri.

Diatas telah disinggung bahwa pada prinsipnya cara kerja semua kamera adalah sama. Ada tiga konsep pencahayaan yang mesti kita ketahui. Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh tentang fotografi, konsep itu dikenal dengan istilah Exposure Trianggle.

Bagi anda yang ingin lebih serius menekuni fotografi, pengetahuan dasar tentang Exposure Trianggle dalam menggunakan kamera, baik kamera analog maupun kamera digital, baik DSLR maupun Mirrorless menjadi sebuah keharusan, agar hasil dan kualitas foto bisa diperoleh saat memotret.

Exposure Trianggle

Apa itu Exposure Trianggle?. Mari kita ikuti paparannya dibawah ini.

Exposure berasal dari Bahasa Inggris yang artinya pencahayaan. Trianggle artinya segitiga. Exposure Trianggle adalah istilah umum dalam dunia fotografi yang mempunyai makna tiga komponen pengaturan pencahayaan dalam pembakaran sebuah film.

Ketiga komponen tersebut adalah ASA atau ISO, Kecepatan/Speed dan Diafragma.

Prinsip dasar dalam dunia fotografi ( kamera ) adalah bagaimana mengatur ketiga komponen ini, agar cahaya yang masuk ke dalam kamera memenuhi takaran yang cukup untuk sampai kepada film pada kamera analog dan lempengan sensor pada kamera digital, sehingga menghasilkan foto dengan pencahayaan yang cukup, tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap.

Saat ini orang sudah beralih pada kamera digital. Konsep pencahayaan bisa diatur secara otomatis. Tetapi bukan berarti konsep pencahayaan dalam fotografi menjadi tidak penting. Karena pada dasarnya baik kamera analog maupun kamera digital menggunakan konsep yang sama.

Pengaturan ketiga komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain. Jika salah satu diubah maka dua yang lain harus disesuaikan. Ketiganya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Hasil foto yang akan diperoleh tergantung kepiawaian seseorang dalam meramu ketiga komponen ini.

ASA dan ISO

Apa itu ASA dan ISO ? Ada sedikit perbedaan penggunaan kata ASA dan ISO.

ASA ( Amerikan Standart Asociation )

ASA dikenal pada kamera manual yang masih menggunakan film (seleloid). ASA dikenal pada kamera dan juga pada film.

Pada kamera manual, ASA disetting secara mekanik dengan jalan memutar salah satu perangkat di kamera disesuaikan dengan pemakaian film, apakah menggunakan film ASA 100, 200, 400 dan seterusnya.

Tetapi kekeliruan setting ASA di kamera manual tidak banyak pengaruhnya terhadap hasil foto. Yang banyak pengaruhnya adalah pemakaian ASA pada filmnya.

Jika anda menggunakan film ASA 100, dengan pengaturan yang sama akan berbeda hasil fotonya, jika anda menggunakan film dengan ASA 200, 400 dan seterusnya.

Jika anda termasuk generasi A, barangkali masih ingat ketika anda membeli film, saat film masih banyak dipasaran. Ada film ASA 100, 200 dan 400. ASA 800 juga ada, tetapi jarang ada di pasaran. Yang umum digunakan adalah ASA 100. Harganya juga paling murah. Semakin tinggi ASA film semakin mahal harganya.

Jika anda termasuk generasi Z atau generasi milenial, saat ini film sudah hilang dari pasaran karena mungkin sudah tidak diproduksi lagi. Kalaupun toh ada mungkin harganya sudah mahal karena sudah jarang orang menggunakan.

ISO ( International Standart Organisation ).

ISO dikenal sejak kamera digital mulai dikembangkan. Kita tahu pada kamera digital tidak lagi mengenal film (seleloid). Tetapi penggunaan ISO tetap memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil foto. Pada kamera digital justru pilihan ISO memiliki range yang sangat lebar

Penggunaan ISO pada kamera digital bisa di setting secara otomatis dan dapat juga di setting secara manual. Untuk mengatur ISO pada kamera DSLR dengan cara memutar motor ke angka yang di kehendaki yang tampil pada layar LCD kamera.

ASA/ISO adalah ukuran tingkat kepekaan film atau tingkat sensitifitas sensor pada kamera digital terhadap cahaya. Semakin tinggi ISO maka semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya. Tetapi semakin tinggi pengaturan ISO maka akan semakin besar kemungkinan foto yang dihasilkan menjadi kurang tajam. Foto yang dihasilkan akan nampak bintik-bintik atau noise.

Pemilihan ASA/ISO harus mempertimbangkan penetapan dua komponen yang lain yaitu Kecepatan (speed) dan Diafragma. Pemilihan ISO biasanya adalah pilihan terahir. Jika speed ideal dan bukaan aperture sudah tidak mampu lagi mendapatkan cahaya yang cukup, maka ISO bisa dinaikkan.

Kecepatan atau Speed ( Shutter Speed )

Trulli
Kamera SLR dengan Speed dan Diafragma ( kotak merah )

Kecepatan atau speed dalam fotografi disimbolkan dengan huruf S, singkatan dari speed. Pada kamera manual, speed ini ditandai dengan rentang angka mulai dari terendah B, 15, 30, 60x, 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan seterusnya.

Pada setiap kamera memiliki rentang angka terendah dan tertinggi yang berbeda. Biasanya, semakin berkelas sebuah kamera semakin tinggi rentang angkanya. Huruf X pada salah satu angka seperti 60x diatas ( biasanya ditandai dengan warna merah ), pada setiap kamera juga bisa berbeda tergantung merknya

Ada kamera, yang huruf Xnya nempel pada salah satu angka 30, 60, 125, 250. Angka ini menunjukkan kesesuaian pemakaian lampu flash/blitz, jika kita memotret dalam situasi kurang pencahayaan.

Kesalahan dalam pengaturan Speed ini (huruf X) menyebabkan cahaya blitz yang masuk hanya separuh film yang kena cahaya, sedangkan separuhnya tidak terkena cahaya. Sehingga hasil foto menjadi separuh terang dan separo gelap.

Pada kamera digital, speed ini juga ditandai dengan angka yang sama seperti kamera manual atau analog. Tetapi tanda huruf X sudah tidak ada. Pemakaian lampu flash/blitz tidak lagi dibatasi oleh huruf dan angka.

Makna angka-angka ini menunjukkan kecepatan buka tutup jendela sensor kamera dalam menangkap cahaya pada tiap detiknya. Semakin tinggi angkanya, semakin cepat gerakan buku tututp jendela sensor kamera. Untuk mengatur speed pada kamera DSLR dengan cara memutar motor ke angka yang di kehendaki yang tampil pada layar LCD kamera.

Ini dapat dimaknai, semakin cepat gerakan membuka dan menutup jendela sensor, maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin lambat gerakan membuka dan menutup, semakin banyak cahaya yang akan diterima oleh film atau sensor.

Pada kecepatan yang rendah, disarankan menggunakan Tripod karena hawatir foto yang dihasilkan akan blur karena shake atau goyang.

Diafragma atau Aperture

Diafragma atau aperture adalah bukaan diafragma pada lensa. Diafragma berfungsi mengatur besar kecilnya cahaya yang masuk pada kamera. Fungsinya hampir sama dengan pupil mata pada manusia. Jika cahaya banyak/terang maka pupil mata akan mengecil. Jika dalam cahaya gelap, pupil mata akan lebar untuk dapat menagkap cahaya sehingga pandangan terhadap objek menjadi jelas.

Diafragma dalam fotografi disimbolkan dengan huruf f, yang sering disebut dengan f-stop. Huruf ini akan diikuti oleh angka-angka dibelakangnya, mulai dari yang terendah seperti 1, 1.4, 1.8, 2, 2.8, 3.5, 4, 5.6, 8, 11, 16, 22, 32.

Pada kamera analog diafragma ini dapat dilihat seperti gelang yang melingkar pada lensa yang dapat diputar secara manual kearah angka yang dikehendaki sesuai dengan keadaan pencahayaan saat anda mau memotret.

Angka-angka ini menunjukkan pembukaan diameter lubang dibagian dalam lensa. Angka ini berbanding terbalik dengan angka aperture atau bukaan. Makin tinggi angka aperture, semakin kecil diameter lubang diafragma yang terbuka. Ini berarti semakin sedikit cahaya yang masuk. Makin rendah angka aperture makin banyak cahaya yang masuk. Ibarat jendela rumah, jika sedikit terbuka maka cahaya yang masuk akan sedikit. Sebaliknya jika terbuka lebar, akan banyak cahaya yang masuk.

Fungsi lain dari diafragma atau aperture adalah mengatur ketajaman foto atau yang dikenal dengan istilah Deep Field. Semakin kecil bukaan aperture, semakin tajam hasil foto. Sebaliknya, semakin besar bukaan aperture semakin berkurang ketajaman hasil foto/blur.

Jadi diafragma atau aperture dapat dimaknai sebagai sebuah sistematika pengaturan pada sebuah lensa kamera yang ditunjukkan dengan angka yang menerangkan seberapa banyak cahaya yang dapat diatur untuk masuk ke dalam kamera untuk pembakaran sebuah film atau sensor. Besar kecilnya aperture ini mempengaruhi terhadap ketajaman foto.

Dari gambaran pengertian diatas mari kita coba untuk mengambil contoh nyata dalam praktek tentang pengaturan Exposure Trianggle dan pengaruhnya terhadap pencahayaan, menggunakan Mode Manual ( M ) pada kamera analog maupun maupun kamera digital.

Siang hari dengan cahaya Matahari.

Misal Mr. Fulan ingin mengambil objek foto seorang Gadis. Gambaran pencahayaan, si Gadis ada pada ruang terbuka di pantai atau di kebun dengan sinar matahari langsung di siang hari diantara pukul 09.00 s.d 14.00. Maka pengaturan alternatif standart pencahayaan ( Exposure Trianggle ) yang dapat digunakan adalah:

ASA/ISO = 100

Kecepatan atau Shutter Speed (s) = 125

Aperture atau Diafragma (f) = 11

Pengaturan seperti diatas akan menghasilkan foto yang normal, tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap.

Jika anda mengubah salah satu dari ketiga komponen diatas, maka untuk menghasilkan foto dengan cahaya yang sama, maka harus mengubah satu atau dua komponen yang lain. Perubahan ini distilahkan dengan kata satu stop atau setengah stop. Jika menaikkan ISO satu stop, alternatifnya harus menaikkan speed satu stop atau menaikkan aperture satu stop, seperti contoh dibawah ini:

ASA/ISO = 200

Kecepatan atau Shutter Speed (s) = 250

Aperture atau Diafragma (f) = 11

Malam hari dengan penerangan lampu.

Untuk memotret pada malam hari atau dalam ruangan dengan pencahayaan yang minim, kamera yang diatur secara manual membutuhkan bantuan lampu flash/blitz. Pada kamera digital, lampu flash ini biasanya sudah menjadi satu bagian dengan kamera.

Untuk menghidupkan, kita tinggal mengaktifkan secara manual dengan cara memencet tombol lampu flash. Lampu flash akan terangkat dari dudukannya semula, sehingga lampu flash siap untuk menyala bersamaan dengan saat kita memencet shutter kamera.

Kekuatan lampu flash bawaan ini daya pancarnya biasanya terbatas. Daya pancarnya tidak akan mampu menjangkau objek dengan jarak yang cukup jauh.

Untuk itu dalam pengaturan Exposure Triangle jarak antara sumber cahaya/flash dengan objek foto harus diperhitungkan dengan cermat kekuatan lampu flash, agar objek foto dapat ditangkap dengan pencahayaan yang cukup.

Untuk menghasilkan foto yang bagus di malam hari atau di tempat yang minim cahaya, upayakan jarak kamera dengan objek jangan terlalu jauh. Biasanya 3 sampai 5 m sudah cukup untuk menghasilkan gambar dengan pencahayaan yang cukup. Jika lebih, maka hasil foto akan gelap.

Jika pengaturan pada Exposure Trianggle dipaksakan, misalnya dengan menggunakan ISO yang tinggi, speed yang rendah dan bukaan yang lebar maka hasil foto menjadi kurang tajam, objek foto menjadi sedikit blur.

Alternatifnya bisa menggunakan lampu flash/blitz eksternal. Jika menggunakan lampu blitz eksternal yang perlu dikenali dan dipahami adalah seberapa besar kekuatan daya pancar cahayanya.

Lampu blitz ekternal memiliki kekuatan daya pancar yang berbeda. Ada yang standart dengan kekuatan bateri 4. Ada yang batrei 6, bahkan ada yang menggunakan aki. Kekuatan daya pancar cahaya ini harus diperhitungkan dengan cermat untuk menghasilkan foto yang bagus dengan pencahayaan yang ideal.

Kita ambil contoh yang standart, lampu flash/blitz dengan 4 batrei.

ASA/ISO = 100

Kecepatan atau Shutter Speed (s) = 250

Aperture atau Diafragma (f) = 8

Jarak kamera dengan objek = 2 m

Jika jarak semakin jauh, misalnya 4-5 m, alternatifnya diafragma bisa dibuka dua stop ke angka (f) 4 atau speed diperlambat ke angka (s)60.

Dua contoh kasus diatas hanyalah sekedar untuk mengetahui dan memahami cara kerja konsep dasar pencahayaan dalam fotografi. Dari dasar diatas dapat anda kembangkan sendiri, dengan mencoba berbagai komposisi pengaturan yang berbeda agar pemahaman anda semakin paham tentang cara kerja sebuah kamera.

Semakin sering anda mencoba, maka anda akan semakin paham dalam menghadapi sebuah situasi perubahan pencahayaan yang berbeda. Feeling anda akan semakin terasah dan dapat menentukan komposisi pengaturan dengan tepat dalam sekali jepret.

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa ISO mengatur sensitifitas sensor terhadap cahaya, sedangkan Speed dan Diafragma mengatur terang dan gelapnya cahaya.

Semakin paham dengan konsep Exposure Trianggle, maka foto yang dihasilkan akan semakin bagus dan berkualitas dengan citarasa yang tinggi dan dalam. Foto adalah sebuah karya seni universal yang dapat dinikmati semua orang.

The Man Behind the Gun. Foto dapat berbicara siapa orang dibelakangnya. Sebuah foto dapat menggambarkan arti dan makna dari sebuah peristiwa. Fotografi dapat dijadikan sebuah profesi jika kita mau mempelajari dan mendalaminya.

Demikian pengenalan kita tentang Exposure Trianggle, sebuah konsep dasar segitiga pencahayaan dalam dunia fotografi. Dengan berperaktek langsung anda akan mudah memahami. Selamat belajar, mudah-mudahan anda menjadi Fotografer Profesional.

Semoga bermanfaat. Postingan ini jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran bisa anda sampaikan dalam kolom komentar untuk perbaikan dan kebaikan. Sampai jumpa pada postingan berikutnya.

Nur Hakim
Nur Hakim Fokus adalah salah satu kiat untuk sukses

Post a Comment for "Mengenal Exposure Trianggle Pada Fotografi Dasar"