Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Refleksi Pendidikan di Indonesia melalui Sekolah Penggerak

Trulli

S atu tahun terahir ini berita-berita Media Massa, Media Elektonik dan Media Sosial banyak fokus pada tiga hal yang menjadi trending topik yaitu masalah Kesehatan, Ekonomi dan Pendidikan.

Bermula dari masalah kesehatan, dengan adanya penyebaran virus covid-19 yang berawal dari Wuhan China. Dalam waktu yang relatif singkat wabah ini menyebar keseluruh dunia, sehingga terjadilah krisis kesehatan di seluruh penjuru dunia.

Efek dominonya, terjadilah krisis yang lain yaitu Krisis Ekonomi dan Krisis Pembelajaran ( Pendidikan ), termasuk di Indonesia. Sebagaimana pernah diungkapkan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan kita Nadiem Anwar Makarim bahwa selama pandemi covid-19 kita mengalami Krisis Kesehatan, Krisis Ekonomi dan Krisis Pembelajaran.

Indonesia sebagai pengguna Media Sosial WA nomer 4 di dunia setelah India, Brazil dan Jerman menjadikan trending topik ketiga hal diatas selalu menarik perhatian untuk dibahas. Hampir setiap hari berita-berita itu selalu menghiasi perbincangan kita di media sosial khususnya WA.

Media PJJ dengan WhatsApp ( WA ) dan Classroom

Dalam dunia pendidikan, sejak diterapkannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), aplikasi WA menjadi alternatif paling mudah dan paling banyak digunakan agar guru dan siswa bisa saling terhubung berkomunikasi, mulai dari media sebaran tugas-tugas kepada siswa dan pengumpulannya.

Penggunaan Classroom sebagai media ideal untuk melaksanakan PJJ belum banyak dikenal oleh guru dan siswa. Classroom hanya dikenal di Perguruan Tinggi, dan seringkali digunakan oleh Dosen dalam menyampaikan materi kepada mahasiswanya.

Sementara dari SMA kebawah sampai SD/TK belum dikenal itu karena Pembelajaran Tatap Muka masih merupakan cara yang paling ideal untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa.

Maka sejak adanya pandemi covid-19, sejak PJJ dilaksanakan dari semua jenjang dari TK sampai PT, yang paling siap melaksanakan PJJ adalah Perguruan Tinggi. Dalam keseharian Mahasiswa dan Dosen memang sudah tebiasa menggunakan Classroom sebagai media LMS ( Learning Management System )

Tetapi belakangan, dengan semakin berlajutnya pandemi hingga saat ini, kebutuhan akan penggunaan LMS ini menjadi semakin terasa. Dalam Classroom guru dan siswa tidak hanya sebatas bisa berkomunikasi sebagaimana halnya WA, tetapi fasilitas dalam Classroom hampir menyamai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di kelas.

Sebagai konsekuensinya, maka penggunaan smartphone menjadi hal yang wajib harus dimiliki oleh siswa dan guru, agar pembelajaran bisa terus berlangsung. Untuk Guru, bahkan harus memiliki laptop/PC agar mudah dalam bekerja.

Dengan Classroom, guru dapat melakukan absensi kehadiran, pemberian tugas, ulangan atau evaluasi pembelajaran. Guru dapat menggunakan Google Formulir yang bisa di setting dengan batas waktu pengerjaan, sekaligus nilai hasil pekerjaan dapat langsung diketahui oleh guru dan siswa. Guru dapat melakukan Meet Confrence dengan siswa dengan menggunakan Google Meet. Proses pembelajaran akan menjadi semakin menarik bagi anak jika dapat diterapkan.

Itulah sebabya maka Classroom disebut sebagai kelas virtual, kelas di awan yang menyerupai kelas dalam Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Beda halnya dengan WA yang hanya bisa sebatas komunikasi dan sebaran tugas dan mengumpulkan hasil pekerjaan saja.

Kemampuan Komputasi Guru yang rendah.

Masalahnya kemudian adalah dari sisi pengeterapannya yang sulit. Kemampuan Guru-guru dalam hal ITC atau TIK masih terbilang rendah. Untuk bisa mengelola Classroom sebagai kelas virtual membutuhkan pemahaman komputasi yang cukup bagi guru. Setidaknya guru harus memiliki laptop/PC untuk bekerja di rumah mempersiapkan materi pembelajaran dan jaringan internet.

Kemampuan komputasi saja tidak cukup. Penggunaan Classroom mengharuskan guru-guru harus aktif, terutama dalam hal membuat tugas dengan menggunakan Google Formulir. Belajar membuat Google Formulir bukanlah pekerjaan yang ringan, membutuhkan keseriusan belajar yang lebih dan berkelanjutan agar terlatih, cepat dan benar membuatnya. Sebaliknya, penggunaan Google Formulir memudahkan siswa dalam bekerja, dan ini dapat meningkatkan minat belajar anak dalam masa PJJ. 

Kemampuan lain yang harus dimiliki guru, selain pemahaman Classroom untuk menunjang PJJ agar lebih menarik bagi anak, adalah kemampuan membuat video pembelajaran. Video Pembelajaran selama masa pandemi covid-19 menjadi alternatif media pembelajaran yang paling menarik.

Banyak Webinar yang menawarkan jasa melalui Medsos untuk mengikuti pelatihan membuat video pembelajaran, baik berbayar maupun gratis. Tutorial cara membuatnya melalui YouTube juga banyak tak terhitung. Tetapi kembali lagi kepada soal kemampuan guru dalam hal komputasi, tawaran-tawaran itu hanya berlalu begitu saja.

Dalam hal penggunaan Classroom dan video pembelajaran ini guru-guru seharusnya mendapatkan pelatihan dari dinas terkait. Tetapi apa yang terjadi, tak ada upaya untuk itu. Walaupun dalam surat edaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 15 Tahun 2O2O Tentang PEDOMAN PENYELENGGARAAN BELAJAR DARI RUMAH DALAM MASA DARURAT PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE (COVID-19), pada Bab II A poin 5 sudah disebutkan tentang perlunya pelatihan bagi guru-guru, tetapi pada kenyataannya selama PJJ mungkin hanya ada sebagian daerah yang  melaksanakannya.

Trulli

Sehingga bagi guru-guru yang tidak mau keluar dari zona nyaman, yang tidak mau memantaskan dirinya dengan situasi kekinian, yang tidak ada inisiatif untuk maju dan berkembang, walaupun fasilitas sudah ada, mereka tetap bekerja dengan mindset yang lama.

Dalam hal ini, guru-guru memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Salah satu faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan PJJ adalah jaringan internet yang belum bisa dijangkau sepenuhnya, terutama yang berada di daerah pedesaan atau pulau-pulau terpencil. 

Dorongan untuk keluar dari zona nyaman dari petinggi pendidikan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas pelatihan bagi guru juga belum ada. Keterbatasan kouta internet, tidak terjangkaunya untuk berlangganan modem Indihome dari Telkom sebagai bagian dari dampak krisis ekonomi, juga menjadi faktor penghambat yang lain

WA sebagai aplikasi perpesanan instan yang ringan, maka penggunaan WA tetaplah menjadi pilihan satu-satunya yang bisa digunakan untuk melanjutkan pembelajaran dan bekerja dari rumah selama PJJ. Sehingga apa yang terjadi, pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. 

Baca juga: Membangun Budaya Literasi di Sekolah

Program Sekolah Penggerak.

Berdasarkan realita diatas maka muncullah Program Guru Penggerak (PGP) sebagai bagian dari kebijakan Merdeka Belajar sejak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh Nadiem Anwar Makarim pada tanggal 23 Oktober 2019 kemarin, dalam Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo-K.H Ma'ruf Amin.

Program Guru Penggerak ini sudah bergulir. Tahap pertama dimulai sejak 3 Juli 2020, mulai dari pendaftaran, seleksi sampai pada pelaksanaan pelatihannya. Dari pendaftar 19.218 guru, yang tersaring seleksi 2.800 orang dan melaksanakan pelatihan selama 9 bulan. Tahap kedua PGP dimulai dari tanggal 13 Oktober sampai 7 November 2020. Kuota pelaksanaan tahap pertama dan kedua juga sama yakni 2.800 orang.

Program Guru Penggerak kemudian terus berlanjut pada Program Sekolah Penggerak dengan peserta Kepala Sekolah dari berbagai jenjang pendidikan. Program ini terus disosialisasikan oleh Kemendikbud di setiap propinsi dengan menggandeng LPMP dan Pemerintah Daerah.

Sosialisasi dilakukan secara virtual dengan menggunakan Zoom Meeting, secara bergiliran pada daerah-daerah yang menjadi sasaran dengan peserta semua KS dari jenjang SD/MI sampai dengan SMA/SMK/MA baik swasta maupun negeri.

Untuk Kabupaten Sumenep Jawa Timur, baru saja selesai dilakukan pada tanggal 11 Pebruari 2021 dari Pukul 08.00 sd. 11.00 WIB. sesuai jadwal yang telah dikeluarkan oleh LPMP Jawa Timur melalui surat Nomor: 0272/C7.45/TU/2021 tanggal 5 Februari 2021 tentang Sosialisasi Program Sekolah Penggerak.

Lebih lengkapnya jadwal sosialisasi bisa anda lihat dibawah ini:


Saat ini program diatas masih dalam taraf pendaftaran dan diharapkan semua sekolah dan Kepala Sekolah untuk mendaftar. Pendaftaran terahir ditutup pada tanggal 6 Maret 2021. Soal lulus dan tidak lulusnya, tergantung dari hasil verifikasi data dan tahapan test seleksi selanjutnya.

Link pendaftaran dapat anda lakukan pada laman berikut ini:

https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/

Apa saja yang ingin dicapai dengan adanya Program Sekolah Penggerak ini:

1. Program Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.

2. Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).

3. Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak.*)

Simak gambaran ahir Sekolah Penggerak secara umum dibawah ini:

Trulli

Demikianlah Refleksi Pendidikan di Indonesia melalui Sekolah Penggerak dalam satu tahun terahir, mudah-mudahan program ini berjalan lancar, sehingga Visi Pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tercapai.

Tulisan ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan tanggapan kami harapkan di kolom komentar untuk kebaikan, sampai jumpa pada postingan selanjutnya.

*)Sumber: 
https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/
Nur Hakim
Nur Hakim Fokus adalah salah satu kiat untuk sukses

Post a Comment for "Refleksi Pendidikan di Indonesia melalui Sekolah Penggerak"