Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Buku Harian dan Kemampuan Literasi ( 7 )

Sarang Lebah dan Madu

Trulli


Buku Harian ini isinya adalah sebuah catatan perjalanan, puisi, surat untuk seorang sahabat dan lainnya. Didalamnya terangkum perasaan dan opini seorang remaja dalam menyikapi peristiwa-peristiwa tertentu dalam hubungannya dengan love affair, kenyataan, nilai dan norma serta harapan-harapannya di masa depan.
Agar supaya tidak boring, postingan kali ini saya selipkan cuplikan catatan harian masa kini...😊


Sumenep,
Senin 15 Pebruari 2021

Pagi ini saya masuk sekolah sebagaimana biasa. Pukul 07.00 WIB bel berbunyi, semua siswa masuk ke kelas, diikuti guru kelas masing-masing.

Ada satu guru yang ijin terlambat karena ada kepentingan yaitu guru kelas 5. Ini saya ketahui dari Group WA Sekolah.

Saat ini jaman memang sudah berbeda. Ijin tidak masuk sekolah, apakah itu karena ada kepentingan ataupun karena sakit, baik guru maupun siswa cukup mengabarkan atau memberi tahu lewat Medsos (WA).

Untuk memastikan, saya memeriksa setiap kelas. Barangkali ada kelas yang gurunya belum hadir. Tetapi dari semua kelas sudah siap melaksanakan pembelajaran, kecuali kelas 5.

Saya masuk ke kelas 5. Setelah mengucapkan salam dan kalimat-kalimat pembuka serta mengabarkan bahwa guru kelas 5 belum bisa hadir pagi ini karena ada kepentingan, maka saya lanjutkan untuk mengisi kekosongan pelajaran.

Saya tanya pada anak-anak, apa saja jadwal pelajaran hari itu. Ternyata mapel pagi itu adalah Bahasa Daerah, Bahasa Inggris dan Tematik. Karena sekolah masih menggunakan Kurikulum 2013 Kondisi Darurat, maka jumlah mapel hanya 6 jam dalam satu hari untuk kelas tinggi, dengan durasi per jam 30 menit + 30 menit istirahat dalam kelas.

Untuk Bahasa Daerah, kata anak-anak sudah ada tugas dari guru kelas, tentang pelajaran Carakan Madura. Sebagian anak-anak menunjukkan hasil pekerjaannya.

Untuk Mapel Bahasa Inggris, guru mapelnya sudah tidak mengajar lagi sejak satu minggu yang lalu. Untuk mapel Bahasa Inggris ini sengaja kami mengambil kebijakan tetap mengajarkan kepada anak, walaupun Bahasa Inggris dalam K-13 sudah termasuk mapel kokurikuler.

Pertimbangan mengajarkan mapel Bahasa Inggris tetap diberikan pada anak, adalah karena guru pengajar Bahsa Inggris masih ada. Yaitu Guru Sukwan yang memang sudah mengajar sejak tahun 2005. Tetapi setelah tenaga pengajar ini diangkat menjadi guru P3K dan harus berangkat sejak 1 minggu yang lalu, maka mapel Bahasa Inggris kami kembalikan pada porsinya semula yaitu Tematik.

Pertimbangan lain tentu ada. Yang utama adalah memperkenalkan kepada anak lebih dini tentang dasar-dasar Bahasa Inggris, karena ketika anak masuk di SMP/MTs mapel Bahasa Inggris menjadi pelajaran wajib. Bisa dibayangkan jika anak sama sekali belum memiliki kemampuan dasar awal atau apersepsi pelajaran yang akan dipelajari.

Untuk Bahasa Daerah, tetap menjadi pelajaran wajib yang harus diajarkan kepada anak, sebagai bagian dari upaya untuk melestarikan budaya daerah sebagai bagian Budaya Nusantara. Karena kita ada di daerah Sumenep yang menjadi bagian Madura, maka Bahasa Daerah yang diajarkan kepada anak adalah Bahasa Madura.

Persoalan kemudian muncul terkait dengan sumber daya, hubungnannya dengan penyiapan guru. Sudah bukan rahasia lagi, kemampuan guru dalam mengajar Bahasa Madura saat ini sudah semakin berkurang.

Mengajar Bahasa Madura di SD menjadi tanggung jawab guru kelas. Padahal guru kelas belum tentu memiliki kemampuan berbahasa Madura, apakah guru itu memang asli Madura, apalagi bukan berasal dari Madura. Akibatnya pelajaran Bahasa Madura pada sebagian sekolah kemudian menjadi termarginalkan.

Pada tataran yang lebih tinggi, tidak ada kebijakan pemerintah yang berpihak pada upaya pengembangan melestarikan Bahasa Madura. Ini bisa kita lihat di Perguruan Tinggi yang notebene sebagai tempat mencetak calon-calon master dibidangnya. Tak ada satupun Perguruan Tinggi yang membuka jurusan Bahasa Daerah, baik itu di Fakultas Keguruan maupun Non Keguruan.

Kemampuan seseorang dalam menggunakan Bahasa Madura yang baik dan benar kemudian menjadi bagian dari upaya-upaya pribadi atau kelompok/komunitas yang peduli terhadap perkembangan Bahasa Madura.

Akibatnya tentu saja, guru-guru yang mempunyai kemampuan berbahasa Madura semakin tahun semakin langka. Keadaan seperti ini mungkin bukan hanya terjadi di Madura, tetapi di daerah-daerah lain di Nusantara.

Terus terang, saya yang memang asli Madura termasuk guru yang susah menggunakan Bahasa Madura. Padahal dari SD sampai SPG pelajaran Bahasa Madura selalu diajarkan di sekolah pada setiap jenjang kelas.

Yang paling susah menurut saya adalah ketika pelajaran Carakan Madura. Mungkin karena tidak selalu digunakan setiap hari, maka apa yang pernah dipelajari dan dipahami, beberapa waktu kemudian menjadi lupa kembali.

Itulah sebabnya ketika saya masuk kelas 5, kemudian tanya sama anak bahwa pelajaran hari ini adalah pelajaran Bahasa Madura tentang Carakan Madura, maka saya alihkan pada tema yang lain. Tidak pegang kelas atau mengajar selama kurang lebih 10 tahun bukan perkara mudah untuk mengingat dan menggali kembali memori pada pelajaran Carakan Madura.

Saya jadi teringat pada tema-tema tulisan di blog saya beberapa minggu belakangan ini, berkisar pada masalah literasi dan rencana Pemerintah untuk mengadakan Asesmen Nasional. Salah satu upaya untuk menggali potensi anak tentang kemampuan literasi adalah dengan membiasakan anak menulis buku harian sejak dini.


Ketika saya tanya kepada anak kelas 5 tentang pelajaran menulis buku harian, anak langsung menjawab, "Pernah pak dipelajari waktu kelas 3, pada pelajaran IPS". Jawaban anak memang benar. Ketika anak-anak ini masih kelas 3, pelajaran untuk kelas 3 masih menggunakan kurikulum 2006. Waktu itu masih masa transisi dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013.

Dari situlah kemudian saya mencoba menggali kembali ingatan anak tentang cara dan bagaimana menulis buku harian. Saya berikan pemahaman kepada anak apa manfaat menulis buku harian, jika dilakukan setiap hari.

Kemampuan apa yang akan diperoleh nanti ketika anak mengerjakan soal-soal uraian. Seperti dalam pelajaran Bahasa Indonesia senantiasa ada latihan-latihan soal terkait dengan kemampuan membaca dan menulis.

Satu contoh anak diminta untuk membaca sebuah cerita, kemudian menceritakan kembali apa yang sudah dibaca dengan menggunakan susunan kalimat sendiri. Atau diminta untuk menceritakan kembali dalam bahasa tulis dengan narasi sendiri. Rata-rata anak kesulitan mengungkapkan kembali apa yang baru selesai dibaca.

Kemampuan literasi akan terlatih ketika anak terbiasa menulis buku harian. Kemampuan menulis juga nanti dibutuhkan anak ketika mau melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi sampai pada tingkatan Perguruan Tinngi.

Dari penjelasan gamblang disertai contoh-contoh penggunaanya itu, nampak ketertarikan anak untuk membuat buku harian. Momentum ini saya manfaatkan dengan baik. Saya berikan anak buku tulis kosong secara gratis.

Setiap minggu saya minta anak untuk mengumpulkan buku harian untuk melihat pekerjaan anak. Dari yang terbaik setelah empat minngu, saya akan pilih 3 orang untuk diberikan reward sebagai bentuk motivasi agar anak tetap rajin dan rutin menulis buku harian.

Senin, 22 Pebruari 2021.

Sebagaimana biasa saya selalu memastikan setiap pagi dikelas jangan sampai kosong, tidak ada guru yang mengajar. Hari ini semua kelas terisi, maka saya kembali ke ruang guru.

Pada jam-jam akhir saya baru ingat bahwa hari ini ada tagihan tugas buku harian di kelas 5. Kebetulan ada guru kelas 5 di ruang guru. Maka saya ceritakan tentang tugas menulis buku harian di kelas 5 satu minggu yang lalu.

Saya over handle padanya agar setiap hari senin, anak diminta untuk menyetor buku harian. Kemudian diperiksa satu persatu. Berikan tanda bahwa buku harian anak sudah dibaca dan diperiksa. Kalau perlu ingatkan anak setiap saat agar setiap hari menulis buku harian.

Dari laporan guru kelas 5, setelah masuk kelas dan mengecek buku harian, ternyata anak sudah mulai menulis buku harian. Bahkan sudah ada sebagian yang memiliki durasi yang cukup panjang.

Dari narasi diatas dapatlah dimengerti bahwa membuat karya tulis tidak harus yang sulit-sulit. Cukup ceritakan apa yang anda alami setiap hari. Berlatih menuangkan gagasan atau ide berangkat dari pengalaman sendiri, sebagaimana banyak pengalaman penulis terkenal menyarankan.

"Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri". J.K. Rowling ( Penulis Novel "Hary Potter" berkebangsaan Inggeris )

Berangkat memulai menulis dari pengalaman pribadi, akan melatih kemampuan menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk bahasa tulis, karena disinilah letak kesulitan menulis. Ketika kita sudah terbiasa menulis buku harian, pada akhirnya kemampuan menulis yang lain akan berlanjut. Akan muncul ide-ide atau gagasan baru untuk menulis tema-tema lain di kemudian hari.

Pengalaman baru menulis ini jangan sampai terhenti. Berusahalah untuk menulis setiap hari, walaupun tidak punya ide dan gagasan baru. Ketika kita punya kemauan untuk menulis dan sudah menghadapi buku tulis, laptop atau PC atau android, maka ide dan gagasan menulis itu In Syaa Allah akan muncul tanpa kita sadari.


Ibarat lebah, tak ada yang mengajari lebah untuk membuat sarang dan madu. Tetapi mereka begitu sempurna membangun struktur bangunan ruang heksagonal ( segi enam) yang ukurannya simetris satu sama lain. 

Ruang Heksagonal itu terbuat dari semacam lilin yang digunakan sebagai tempat tinggal, berkembang biak dengan cara bertelur dan membesarkan anak-anaknya. Saat musim bunga ruang heksagonal ini  berfungsi untuk menyimpan madu sebagai cadangan makanan saat bahan pangan mulai langka. 

Madu ini kemudian ditutup dengan cairan semacam lilin yang keluar dari perutnya yang kemudian mengeras (beeswax) yang gunanya sebagai benteng pengaman untuk melindungi madu dari gangguan bakteri, jamur, binatang atau serangga dan gangguan-gangguan lain yang akan merusak madunya.

Begitu halnya dengan kita, sebagai mahluk yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk lain di dunia, manusia lahir sudah dibekali dengan pemahaman dan ilham oleh sang Khaliq sebagaimana halnya lebah. Tinggal kita mau mengasah apa tidak potensi itu.

Semoga bermanfaat. Tak ada gading yang retak, tanggapan dan saran kami harapkan di ruang komentar untuk kebaikan bersama. Sampai jumpa pada postingan berikutnya.
Nur Hakim
Nur Hakim Fokus adalah salah satu kiat untuk sukses

Post a Comment for "Buku Harian dan Kemampuan Literasi ( 7 )"