Melon VS Ayam Bekisar, Melintas Batas Cakrawala.

Tak dapat disangkal keberadaan buah Melon sebagai komoditas baru dari Dusun Tembang Desa Buddi Kecamatan Arjasa mulai merubah image masyarakat tentang pulau Kangean. Saat ini Melon Tembang Kangean tidak saja populer di Sumenep dan sekitarnya tetapi sudah mulai merambah keluar daerah dengan masuknya Melon di beberapa pusat perbelanjaan di kota besar seperti Surabaya, Jakarta dan daerah-daerah lain.
Melon Tembang Kangean dikenal manis dan empuk. Dari saking manisnya sampai sebagian masyarakat memberikan julukan baru 'Melon Madu' dari Kangean. Akankah Melon Tembang Kangean ini akan menyamai rekor pendahulunya yakni Ayam Bekisar yang pernah sangat populer dimasanya? Melon bisa jadi akan menjadi lawan tangguh kepopuleran Ayam Bekisar di masa depan.
Kilas balik Ayam Bekisar

Kepopuleran Ayam Bekisar ini kemudian diapresiasi oleh Gubernur Basofi Sudirman (1993-1998), Bekisar dijadikan Maskot Fauna Pemerintah Provinsi Jawa Timur hingga saat ini. Apresiasi itu ditunjukkan dengan instruksi menempatkan Bekisar lengkap dengan kurung (sangkar) didepan samping pintu masuk semua perkantoran Pemerintah dan upaya pelestarian ayam bekisar dengan pelatihan bagaimana beternak bekisar kepada generasi muda saat itu.
Dampak dari kebijakan ini kemudian membuat permintaan bekisar menjadi meroket. Sementara disisi lain ketersediaan bekisar (supply) tidak berbanding lurus dengan permintaan (demand). Upaya meningkatkan produksi dengan beternak Bekisar jauh berbeda dengan beternak jenis ayam biasa atau ayam jenis yang lain. Bekisar adalah hasil perkawinan silang antara Ayam Hutan Jantan (ayam alas) yang dikenal dengan nama 'Tarata' dengan Ayam Betina Kampung(lokal).
Mengawinkan Tarata dengan ayam betina memerlukan keahlian khusus. Tidak semua orang bisa melakukan walaupun misalnya Ayam Hutan sudah ada dan ayam betinanya juga sudah siap. Okelah soal cara dan ilmunya bisa dipelajari semua orang, tetapi Ayam hutannya mau dapat darimana. Ayam hutan hanya bisa diperoleh dengan berburu, menangkap hidup-hidup kemudian dipelihara dengan baik beberapa waktu lamanya sampai Tarata ini siap untuk dikawinkan.
Faktor lain yang ikut membuat semakin menurunnya produksi Bekisar dari Kangean adalah penggiat tarata ini jumlahnya semakin sedikit. Regenerasi tidak berjalan. Generasi berikutnya tidak lagi tertarik untuk melanjutkan pendahulunya berburu Tarata dan memeliharanya. Penyebabnya adalah disamping Tarata ini sulit didapat, cara pemeliharaanyapun sulit dilakukan. Biasanya pemelihara adalah pemilik tarata sekaligus menjadi ahlinya atau juru kawinnya.
Kendala lain yang menjadi penghambat produktivitas adalah semakin tahun Tarata ini keberadaanya di hutan Kepulauan Kangean semakin langka. Disamping terus diburu, salah satu penyebab lainnya adalah terjadinya pembalakan hutan yang intens oleh tangan2 yang tidak bertanggung jawab sehingga mengakibatkan kerusakan hutan yang serius. Penyebab lain yang tak kalah seriusnya adalah saat musim kemarau tiba sering terjadi kebakaran hutan akibat daun, ranting pohon banyak yang kering sehingga mudah tersulut api. Dampaknya adalah satwa yang seharusnya berkembang biak dengan baik dan aman menjadi terganggu habitatnya termasuk Tarata.
Di kepulauan Kangean sendiri, hanya ada 3 pulau besar yang mempunyai hutan yang didalamnya ada habitat 'tarata' yakni pulau Kangean sendiri, pulau Paleat dan pulau Sepanjang. Dua pulau terahir ini secara teritorial masuk wilayah administrasi Kecamatan Sapeken. Kelangkaan Tarata di tiga pulau ini kemudian memaksa penggiat Bekisar ini mencari Tarata ke daerah lain di 'Timur' yakni di Nusa Tenggara seperti pulau Sumbawa Lombok, Flores dll.. Di daerah ini Ayam Hutan termasuk jenis fauna yang dilindungi, sehingga bilamana hasil tangkapan ini diketahui pihak berwajib dibawa keluar daerah, maka pembawa akan ditangkap dan diproses secara hukum.
Untuk mengetahui lebih lengkap bagaimana memproduksi Bekisar mari kita ikuti bagaimana cara mengawinkan Tarata dengan Ayam Betina Kampung/Lokal.
Cara mengawinkan Tarata dengan Ayam Betina ala Kangean.
Proses Persiapan
* Ayam Alas hasil tangkapan dipelihara dengan baik sampai dia benar-benar siap untuk kawin. Namanya saja ayam hutan yakni ayam liar. Dia sulit ditundukkan. Perlu waktu adaptasi yang cukup dengan situasi baru. Ayam hutan takut dengan keberadaan orang sehingga ketika dalam kurunganpun harus ditutup dengan kain. Butuh kurang lebih 2 tahun untuk siap menjadi pejantan.
* Dipihak lain, ayam betinanya juga harus dipersiapkan. Mencari ayam indukan betina juga harus selektif. Pemilihan warna (bulu ayam) juga harus diperhitungkan sebab warna indukan sangat mempengaruhi hasil bekisar nanti. Persiapan dimulai saat ayam betina selesai menetas. Induk ayam harus dibuat steril dari ayam jantan kampung dengan cara memberi ' kathok ' terbuat dari batok kelapa yang digantung pada pangkal ekor ayam betina. Kondisi ini dipertahankan terus sampai anak ayam mulai besar dan pisah dengan induknya.
* Ayam betina yang ber' kathok' ini kemudian ditunggu sampai ayam bertelur. Ketika telur pertama keluar, saat inilah waktu yang tepat untuk dikawinkan dengan Tarata si Ayam hutan.
Pelaksanaan Perkawinan Silang
Pemilik tarata diundang kerumah pemilik ayam betina atau bisa sebaliknya pemilik ayam betina mendatangi pemilik Tarata, tergantung musyawarah atau kesepakatan. Waktu Pelaksanaan sebaiknya dilakukan di sore hari karena ayam bertelur biasanya paling lambat pukul 12.00 siang. Jika dilakukan sebelum itu dikhawatirkan sperma terdorong keluar kembali.
Tata caranya sebagai berikut:
1. Buat Lubang di tanah sebesar badan Ayam Kampung.
2. Kathok dilepas dulu dan cabut bulu-bulu di sekitar kloaka agar bersih sehingga nanti tidak menghalangi sperma untuk masuk.
3. Ikat kaki ayam lalu masukkan kedalam tanah sebatas dada sehingga yang terlihat adalah kepala dan ekor. Ikat ekor dan pastikan posisi menungging dengan bagian kloaka diatas.
4. Apit dada Ayam dengan kayu atau bambu dengan cara menancapkan bambu kedalam tanah. Ikat kedua sayap pada bambu yang mengapit dada agar ayam tidak bisa bergerak.
5. Tarata jantan yang sudah siap kawin dan Tarata betina disiapkan disekitarnya secara terpisah dikurung masing-masing. Tarata betina ini dibutuhkan untuk memancing birahi pejantan.
6. Setelah semua siap, Tarata betina diambil dari kurungnya dan dipegang.
7. Tarata betina kemudian diumpankan pada Tarata jantan sehingga tarata jantan menguber tarata betina yang masih dalam pegangan sambil mengarahkan Tarata jantan kearah ayam betina dengan menggeser kurung. Setelah pas diatas ayam betina, tarata betina kemudian dicabut sehingga Tarata jantan kawin dengan ayam betina. Pada prinsipnya tarata jantan hanya mau kawin dengan yang secufu dengannya. Tanpa pola seperti itu jangan diharap tarata mau kawin dengan ayam betina.
8. Setelah selesai ayam betina lokal dilepas dengan terlebih dahulu diberi 'kathok' kembali agar terhindar dan tetap steril dari ayam pejantan lain.
9. Untuk meningkatkan fertilitas, proses perkawinan dapat diulang lagi setelah 1 minggu berikutnya. Sperma mampu bertahan hidup 2-3 minggu didalam alat kelamin betina. Semakin lama kemampuan sperma membuahi ovom semakin menurun. Waktu pembuahan yang baik adalah 1 s/d 10 hari setelah perkawinan.
10. Ayam betina kemudian melanjutkan kesehariannya bertelur sampai selesai, biasanya masa bertelur 20 hari. Kemudiam mengeram selama 21 hari dengan harapan nanti setelah menetas menjadi bekisar jantan. Sebab hanya bekisar jantan yang bisa bercukir dan punya nilai jual yang tinggi, sedangkan bekisar betina tidak.
Jadi bisa anda bayangkan untuk menghasilkan bekisar ini begitu panjang dan berliku prosesnya. Dalam satu periode ini kadang belum tentu berhasil. Telur tidak mau menetas atau hasilnya betina semua, maka diulang lagi dilain waktu dengan proses yang sama. Tehnologi pengeraman lain juga tidak bisa diterapkan karena jaringan listrik saat itu belum ada.
Pendatang Baru dari Bali
Banyaknya permintaan dan terbatasnya persediaan menyebabkan pasar mencari jalannya sendiri. Belakangan selain Kangean, peternak dari Bali ternyata juga sudah lama berhasil mengembangkan komoditas bekisar ini, hanya saja pasar belum meresponnya secara positif. Para pelaku pasar dan konsumen lebih memilih bekisar dari Kangean dari pada Bali. Menurut mereka kualitas Bekisar dari Kangean lebih unggul segalanya dari pada bekisar hasil penangkaran dari Bali.
Tetapi kemudian hukum pasar tetap berlaku. Bekisar dari Bali secara perlahan dan pasti mulai masuk pasaran, mengisi kekosongan antara supply and demand yang tidak balance. Dalam situasi normal Bekisar dari Bali kurang diminati pasar, baik oleh pedagang maupun konsumen. Pada awalnya banyak bekisar dari Bali dikatakan bekisar berasal dari Kangean. Bagi orang yang awam bisa jadi percaya, tetapi bagi yang paham langsung akan tahu perbedaannya dari ciri-ciri fisik yang nampak.
Tragisnya lagi, saat booming bekisar sampai pada puncaknya para master/penggiat bekisar ini banyak yang mengalami kecelakaan laut saat berlayar naik perahu pulang bersama hasil tangkapan ayam alasnya. Jalan pintas melalui laut ini sengaja mereka tempuh, sebab jika melalui perjalanan darat tak mungkin lepas dari pengamatan petugas dan urusan hukum. Semua musnah terkubur didalam lautan. Mata rantai kemudian terputus. Tak ada lagi produksi bekisar dari Kangean. Kalaupun toh ada, paling hanya ada satu dua orang yang keberadaanya tak lagi diperhitungkan. Yang ada kemudian adalah bekisar dari Bali yang menguasai pasaran hingga saat ini.
Melon Tembang Kangean
Setelah sekian lama sepertinya Pulau Kangean kehilangan identitas bersamaan dengan terhentinya regenerasi penggiat Bekisar yang mengangkat namanya di kancah Nasional bahkan Internasional dengan sebutan Pulau Bekisar. Kini kembali namanya berkibar dengan pendatang baru yang sama sekali berbeda yaitu Melon Tembang Kangean.
Asal Mula Budidaya Melon.

Jika aku tak mengataka keeereeeennnn, ohh, terlalu
ReplyDeleteIni sangat keren
Ooo...baru sempat buka-buka kolom komentar. Makasih bos Heroecokro...atas kunjungan dan dukungannya.
ReplyDelete