Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SEKUFU

D alam beberapa minggu terahir ini menurut saya ada dua berita yang sangat menarik perhatian publik. Istilah jaman now adalah menjadi trending topik, viral di media massa maupun medsos, menjadi konsumsi publik yang hangat diperbincangkan.

Pertama, peristiwa tenggelamnya KRI 402 beserta tewasnya 53 ABKnya. Kedua, pernikahan ulama kondang yang dikenal dengan nama UAS ( Ustad Abdul Somad ) yang bernama asli ABDUL SOMAD BATUBARA dengan FATIMAH AZ ZAHRA SALIM BARABUD, yang peristiwanya hampir bersamaan.

Akad nikah berlangsung pada hari Rabu, 28 April 2021 di hari ke 16 bulan suci Ramadhan pukul 16.30 WIB di rumah mempelai wanita di Jombang Jawa Timur. 

Secuil tentang peristiwa tenggelamnya KRI 402 sudah saya posting kemarin dengan judul Kematian dan Tenggelamnya KRI Nanggala 402.

Saat ini saya ingin menyoroti sekelumit tentang pernikahan UAS dengan Fatimah, gadis yang masih belia usia 19 tahun dari satu titik pandang yang lain yaitu kesetaraan.

Kesetaraan ini dalam Islam lebih dikenal dengan istilah sekufu.

Pembahasan ini tidak ada pretensi apapun, hanya sekedar berbicara tentang realitas pernak pernik kehidupan.

Apa itu sekufu ?

Sekufu berasal kata dari kufu. Dalam KBBI kufu artinya kesamaan derajat ( martabat ). Sekufu memiliki pengertian sederajat ( tentang martabat ); setaraf. Dalam bahasa gaul selevel, setara, sepadan, sebanding. Dalam bahasa Arab, kufu diambil dari istilah Arab kafa'ah yang artinya sepadan atau setara, semisal.

Penggunaan kata sekufu dalam pergaulan sehari-hari biasanya digunakan untuk mengungkapkan tema pernikahan yakni pasangan yang ideal bagi calon mempelai atau pasangan yang sudah menjadi suami istri.

Sekufu atau kesepadanan bisa dilihat dari berbagai aspek. Secara fisik bisa kita lihat dari parasnya, usia, pendidikan, harta, status sosial dan lainnya.

Seorang laki-laki yang ganteng semestinya sepadan dengan gadis yang cantik dengan usia sebaya. Laki-laki yang terpelajar mestinya sepadan dengan perempuan yang berpendidikan. Perempuan berdarah biru mestinya sekufu dengan laki-laki yang berdarah biru pula.

Seorang laki-laki maupun wanita idealnya harus mencari pasangan yang sekufu agar pernikahannya diharapkan kelak menjadi langgeng.

Masyarakat awam umumnya banyak melihat martabat seseorang diukur dari harta kekayaan. Semakin kaya seseorang akan semakin dihargai. Semakin kaya seseorang, status sosial di masyarakat semakin meningkat. Dengan kata lain level martabatnya semakin tinggi. Sehingga ada dikotomi kaya dan miskin.

Dalam hal perjodohan atau perkawinan masyarakat cendrung mencari pasangan yang sekufu, setara, sederajat pada soal harta kekayaan. Yang kaya dengan yang kaya. Yang miskin dengan yang miskin.

Jika ada pasangan yang tidak sekufu, misalnya ada kaya dan miskin, maka akan ada kemungkinan muncul perasaan rendah diri dari yang miskin, baik yang bersangkutan langsung atau dari pihak keluarganya. Keadaan inilah yang nantinya bakal merusak hubungan suami istri sehingga bisa menimbulkan perceraian dikemudian hari.

Apakah sekufu soal harta kekayaan dapat menjamin keberlangsungan langgengnya sebuah perkawinan ? Pada kenyataannya tidak. Tidak ada jaminan perkawinan yang sekufu soal harta kekayaan akan langgeng. Banyak kasus-kasus perceraian yang terjadi didepan kita dari mereka yang kita anggap pasangan yang ideal, setaraf, selevel, sebanding atau apalah namanya.

Lalu sekufu apa saja selain harta yang diharapkan dapat membuat sebuah perkawinan menjadi langgeng.

Dalam hal mencari pasangan atau jodoh ada kriteria yang biasanya harus menjadi pertimbangan sebelum seseorang memutuskan untuk menikah.

Dalam Islam sedikitnya ada empat kriteria dalam memilih jodoh yakni paras atau kecantikan, harta, nasab atau keturunan dan agama.

Keindahan adalah bahasa universal. Sudah menjadi kodrat manusia, setiap orang pasti senang melihat sesuatu yang indah. Maka yang pertama kali dilihat saat memilih pasangan adalah parasnya. Setiap laki-laki pasti mendambakan wanitanya seperti bidadari. Seorang wanita pasti menginginkan pendampingnya seorang laki-laki yang gagah dan tampan seperti kegagahan dan ketampanan Nabi Yusuf.

Berikutnya baru melihat yang lain, hartanya. Keadaan ekonomi menjadi pertimbangan karena menyangkut masa depan keluarganya nanti.

Nasab atau keturunan menjadi pemikiran berikutnya yang ikut menjadi pertimbangan. Bibit yang baik akan menghasilkan generasi penerus yang baik.

Yang terahir baru agamanya. Dan ini seharusnya menjadi menjadi pertimbangan yang utama dikemudian hari.

"Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi." (HR. Bukhari-Muslim)

Dari hadist diatas, yang paling utama adalah karena agamanya. Agama erat kaitannya dengan perilaku atau karakter atau budi pekerti. Semakin baik agamanya atau keislamannya akan semakin baik budi pekertinya.

Perkawinan identik dengan kehidupan kebersamaan. Yang dibutuhkan dalam kebersamaan adalah budi pekerti yang baik, saling menghargai, menghormati pasangan.

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” Al-Qur'an: An-NUR 26.

Dari gambaran diatas, inilah pertanyaan yang menggelitik di hati saya, apakah pernikahan UAS dan Fatimah termasuk pasangan yang sekufu? Yang jelas mereka sekufu dalam soal agama yakni Islam. Dalam segala hal UAS sudah tidak diragukan, sudah mumpuni. Fatimah adalah seorang hafid Al-Qur'an, jebolan pondok pesantren. 

Semoga pernikahan mereka barakah dan langgeng, menjadi keluarga SAMAWA. Aamiin YRA.
Nur Hakim
Nur Hakim Fokus adalah salah satu kiat untuk sukses

Post a Comment for "SEKUFU"